Tantangan Gaya Hidup
Jika punya kemampuan membeli mobil avanza, maka belilah sepeda motor..
Jika punya kemampuan membeli mobil innova, maka belilah mobil avanza..
Jika punya kemampuan membeli mobil pajero, maka belilah mobil innova.
Jika punya kemampuan membeli mobil pajero, maka belilah mobil innova.
Begitulah sepatah kalimat yg saya baca dari sebuah buku tentang salah satu cara untuk menurunkan gaya hidup. Kenapa harus menurunkan gaya hidup? Khususnya untuk mereka yg baru memulai usaha, selepas berhenti bekerja dari posisi apapun, dan mencoba tantangan menjadi pengusaha.
Kenapa harus menurunkan gaya hidup untuk seorang pengusaha baru? Karena gaya hidup inilah yang terkadang menjadi jebakan sehingga bisa mengganggu cash flow usaha. Ya, saat kita masih bekerja, apalagi untuk top level, gaya hidup kita biasanya meningkat, hal ini karena tuntutan posisi atau jabatan yang kita emban karena sering bertemu orang - orang top level dari berbagai kalangan. Dengan difasilitasi oleh perusahaan, maka gaya hidup juga terangkat. Mobil difasilitasi perusahaan, entertaint ke restoran - restoran mewah juga dibebankan ke perusahaan. Menginap di hotel berbintang baik urusan kerja maupun liburan bersama keluarga yang sebagian biayanya masih bisa di klaim ke perusahaan. Selain itu, adanya kepastian penghasilan setiap bulannya, sehingga masuk kerja ataupun tidak, penghasilan tetap masuk.
Demikianlah, saat masih bekerja gaya hidup masih bisa dijaga. Kemudian, suatu saat memutuskan keluar dari perusahaan, atau karena perusahaan yang terpaksa tutup sehingga terpaksa putus pekerjaan, maka ada sebagian yg memilih untuk mencoba jalur usaha, mendirikan usaha atau bisnis dari modal tabungan semasa bekerja ataupun dari pinjaman. Tujuannya, tentu agar taraf hidup meningkat dan bisa mendapatkan lebih dari saat masih bekerja. Nah, disinilah mulai muncul sebuah ketidakpastian, penghasilan setiap bulannya juga tergantung hasil usaha. Usaha atau bisnis tentunya selalu berhadapan dengan sebuah ketidakpastian. Apalagi saat diawal awal mendirikan perusahaan, biasanya jarang langsung mendapatkan keuntungan, karena harus dipotong dengan biaya investasi yang sudah dikeluarkan ataupun melunasi cicilan pinjaman. Saat saat inilah bagi mereka yang terkungkung dengan gaya hidup lama saat masih bekerja, maka akan menemukan kesulitan. Terkadang mereka memaksakan diri mengeluarkan sejumlah uang demi sebuah gaya hidup, semisal membeli mobil secara kredit, padahal belum ada kemampuan, berlibur keluar masuk hotel padahal secara budget belum ada. Ini karena masih terikat oleh gaya hidup lama, padahal belum ada keuntungan sepeserpun yang bisa dipergunakan untuk itu, kalaupun sudah untung, tentunya masih sebagai cadangan untuk pengembangan usaha.
Menurunkan gaya hidup, suatu hal yang wajib dilakukan jika saat ini usaha yang didirikan baru saja berdiri. Masih banyak hal yang harus di perhitungkan saat awal mendirikan sebuah usaha. Seorang pengusaha harus membuang jauh jauh semua gengsi saat baru mendirikan usaha. Masih banyak kita lihat, banyak pengusaha muda yang masih memaksakan diri untuk menikmati hasil usaha walaupun itu terlalu dini, sehingga ujung ujungnya adalah kesulitan dalam cash flow. Disinilah tantangannya, perlu menanamkan pola pikir yang benar dalam membangun sebuah kesuksesan usaha.
Hal yang menghalangi sebagian besar orang meraih kesuksesan adalah kebiasaan mereka yang selalu menginginkan kenikmatan seketika (Dikutip dari buku Adam Khoo - Secret of self made millionaire). Kenikmatan seketika adalah kebiasaan untuk selalu ingin menikmati hasil sekarang dan tidak memiliki kesabaran untuk menunggu keuntungan dimasa yang akan datang. Akibatnya, jauh lebih banyak berbelanja daripada berinvestasi. Dengan membelanjakan uangnya untuk memperoleh mobil baru, perangkat televisi layar lebar, voucher hotel mewah mereka akan mendapatkan kenikmatan sementara. Namun ketika berbicara tentang investasi dalam bentuk buku, seminar, saham atau produk produk asuransi, mereka akan berpikir dua kali karena baru akan mendapatkan manfaatnya pada masa depan.
Seorang yang baru memulai suatu usaha harus memiliki kebiasaan menunda sebuah kepuasan. Memiliki kesabaran untuk menunggu kemakmuran lebih besar pada masa depan. Orang orang yang memiliki pola pikir seperti ini akan lebih memilih untuk berinvestasi daripada menghamburkan uangnya untuk sebuah kenikmatan sementara, yang terkadang juga memaksakan diri demi sebuah gaya hidup.
Jadi menurunkan gaya hidup bukan berarti taraf hidup juga akan turun, kalau kita ibaratkan hukum tanam tuai, menurunkan gaya hidup adalah sebuah proses menanam. Menanam benih kesabaran, untuk tujuan yang lebih besar yaitu menuai sebuah kemakmuran di masa depan.
Demikianlah :-)
Comments
Post a Comment