Kembali ke Titik Nol
Kembali Ke Titik Nol
Ketika memandang sebuah "chart" suatu saham perusahaan kertas, lazimnya selalu naik turun, tetapi ini agak sedikit berbeda, naiknya luar biasa dan konsisten sampai menembus kisaran hampir 300% dari harga awalnya. Luar biasa, banyak pasti yang akan meraih keuntungan dari saham ini dan menunggu saat terbaik untuk dijual dititik tertinggi sesuai analisa mereka.
Tetapi kemudian saya teringat kembali teori warren buffet, ketika euforia itu terjadi, sebaiknya menjauh dan jangan ikut didalamnya, yang bisa diartikan jangan sampai terjebak membeli diharga tinggi, kemudian setelah itu orang2 akan berbondong untuk menjual sehingga potensi rugi akan besar. Lazimnya saham akan begitu, ada momentum mencetak kenaikan harga tertinggi, ada pula momentum mencetak penurunan harga yang drastis. Jika dilihat dalam grafik, akan terlihat garis menanjak bukit, kemudian turun kembali menuruni bukit.
Ternyata semakin didalami, keduanya sebenarnya juga memberikan keuntungan, ketika naik tentu memberikan potensi keuntungan jika dijual saat itu, ketika turun juga memberikan kesempatan untuk memiliki saham unggulan tersebut pada harga murah atau wajar, tentunya dengan ekspektasi perusahaan tetap bertumbuh dan akan naik kembali seperti sebelumnya bahkan menembus (break) harga tertingginya. Kedua momentum itu ternyata memberikan keuntungan.
Harga saham sangat related dengan psikologi pasar. Ketika suatu issue positif dilempar ke pasar, harga mulai mengikuti menanjak naik, artinya mulai timbul optimisme, dan akan diikuti oleh pasar, orang2 akan semangat untuk membeli dan membeli sehingga harga terus menanjak dan mencetak rekor tertinggi, tetapi ketika pemodal besar mulai mengambil keuntungan dengan menjual atau ternyata issue tadi tidak sesuai ekspektasi, hal ini berbondong2 akan diikuti oleh investor lainnya untuk menjual dan harga akan turun kembali minimal ke nilai wajarnya, atau value sebenarnya, atau mungkin juga bisa dibawah harga wajar Harga saat membeli, sejatinya sebaiknya tidak jauh dari value perusahaan tersebut, jika terlampu diatas, bisa diartikan sudah mahal. Harga suatu saham selalu memberikan momentum untuk meraih keuntungan, dan momentum untuk kembali ke nilai wajar kembali seakan2 memberikan kesempatan untuk meraih keuntungan kembali.
Dalam hidup, jika coba dikaitkan, rupanya momentum tadi juga sangat yang mirip dengan kondisi tersebut. Ada satu momentum dimana kita mencapai semua level kebahagiaan, baik secara finansial, bisnis, pekerjaan maupun keluarga. Disaat ini, dunia sangat indah dimata, suasana hati sangat bahagia, dan terkadang dirayakan dengan euforia yang sangat berlebihan. Kemudian, ada juga satu momemtum dimana semua kondisi menjadi buruk, kinerja bisnis menurun, perusahaan tempat bekerja mengalami kerugian sehingga mulai goyang dan berimbas pada penghasilan, kondisi finansial mulai memburuk, kadang ada yang kembali ke titik Nol. Memulai kembali dari awal untuk kembali menuju level sebelumnya, seakan memberikan kesempatan kembali untuk introspeksi dan memutuskan yang terbaik untuk dikerjakan dan mungkin bisa memberikan kebahagian yang lebih dari sebelumnya. Persis seperti saham tadi, momentum turun seakan memberikan kesempatan untuk meraih profit kembali.
Tetapi kembali ke titik nol tidak mudah bagi semua orang, sekian lama merasakan kebahagiaan, berada di zona yang seakan nyaman, ketika tiba2 diuji dengan kondisi yang tidak mengenakkan, tentu akan memberikan respon yang berbeda. Tergantung bagaimana pola pikir dan ketebalan rasa syukur yang dimiliki. Ada juga dampak seperti psikologi pasar tadi, dalam hal ini dampak psikologi dari lingkungan sekitar. Mendengar suara2 orang2 yang tadinya mengagumi, ada yang berubah menjadi mencemooh. Sama seperti konsep psikologi pasar tadi, hal ini bisa diikuti dengan penurunan motivasi dan ketidakpercayaan terhadap diri. Ada yang menyikapi dengan stress berlebihan, mencari pelarian dengan hal2 negatif sehingga membuat semakin terpuruk. Seakan merasa dunia tidak adil. Sebaliknya, ada pula yang mensyukuri, merasa masih diberikan kesempatan untuk menemukan yang lebih baik untuk diri dan kebahagiaannya. Diberikan kesempatan untuk mencapai level yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Tentunya melewati "zero point" akan menemukan banyak tantangan. Tetapi tantangan terbesar adalah pada diri sendiri. Seperti apa yang dikatakan oleh Pak Ciputra, seorang entrepenuer sukses dalam bukunya the entrepeneur.
"Segala sesuatu, bersumber dari diri sendiri. Untuk menggapai cita2, rubahlah diri sendiri.
Jangan mentoleransi diri, jangan membiasakan diri dengan kemudahan. Selalu pacu diri dengan tantangan tantangan baru. Gapai itu"
Sama seperti saham tadi, setelah romansa kenaikan harga jauh diatas nilai wajarnya, ketika harga kembali ke titik nol (nilai wajarnya), diperlukan banyak faktor untuk kembali merasakan momentum seperti sebelumnya. Seperti misalnya kondisi ekonomi nasional dan global, dan yang terpenting adalah kondisi internal perusahaannya. Bagaiamana perusahaan itu bertumbuh dari tahun sebelumnya, siapa the man behind the scene, bagaiman track recordnya, issue positif apa yang akan dicapai sehingga bisa membuat ekspektasi kembali tinggi terhadap perusahaan. Demikian juga yang terjadi dengan diri, ketika kembali ketitik nol, sangat penting untuk memahami diri, melakukan introspeksi dan tentunya mempertebal rasa syukur sehingga mampu kembali bahkan menembus level sebelumnya (breaktrough), dan dengan sendirinya lingkungan akan merespon dengan baik.
Kembali ke titik Nol juga memberikan celah untuk melihat peluang, memberikan kesadaran bahwa masih ada suatu hal yang memerlukan tangan kita dan menuntun kita untuk mengerjakan hal tersebut. Entah apapun itu, tetapi saya percaya setiap manusia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk melakukan hal yang besar dan sudah merupakan fitrahnya bahwa manusia dilahirkan untuk itu.
MdS
Comments
Post a Comment