ITMG – Between Investing and Trading

 ITMG – Between Investing and Trading (blog 6 October 2021)

Indo Tambangraya Megah atau dengan kode emiten ITMG ini menjadi perhatian para investor di Bursa Efek Indonesia. Bagaimana tidak, seiring dengan krisis energi yang terjadi di China dan juga Eropa, tentu akan meningkatkan permintaan akan batubara. Komoditas yang sebenarnya akan ditinggalkan ini seiring dengan kebijakan energi terbarukan yang sudah mulai dilaksanakan secara bertahap. Seiring dengan akan datangnya musim dingin, tentu permintaan akan batubara semakin meningkat. Krisis energi, market pun bereaksi, harga batubara menyentuh level tertinggi sampai USD 240 per ton, sesuai dengan prinsip demand and supply, more demand but less supply, harga pun meroket.
Harga meroket, secara hitungan kasar tentu akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Logikanya, biaya produksi tidak naik, harga jual semakin mahal, tentunya nanti menyisakan margin keuntungan yang tinggi. Inilah yang mendasari market kemudian beraksi dengan memborong saham2 energi baik itu saham emiten batubara, minyak maupun gas. Euforia pun berlanjut sampai investor rela untuk membeli saham ini dengan harga di titik tertingginya. ITMG salah satunya, investor bahkan berani untuk membeli diharga Rp.27 ribu, atau harga tertinggi sejak oktober 2018 lalu.Kenapa bisa begitu? Tentu karena ekspektasi yang tinggi bahwa kenaikan harga batubara akan terus berlanjut sampai di titik tertentu serta euphoria yang masih sedang panas2nya.
Dalam dunia investasi saham, tentu ada banyak aliran, salah satunya adalah Value Investing dan juga Trading. Trading pun banyak alirannya lagi, tetapi tentunya perbedaan yang paling mencolok adalah range waktu investasi. Tokoh2nya juga banyak yang sukses dari kedua aliran itu. Tetapi melihat case ITMG ini, sepertinya asik juga kalau kita hitung siapa yang paling diuntungkan.
Jika melihat range waktu sejak munculnya pandemic corona, harga terendah ITMG adalah ditutup diharga disekitar Rp. 6.000 rupiah, Melihat posisi ekuitas ITMG di pada laporan keuangan Q1 tahun 2020 saat itu dimana ekuitas ITMG berkisar 12 Triliun (dengan kurs 14 ribu), jika dihitung Book Value per share saat itu dengan jumlah saham beredar sebanyak 1,1 miliar lembar, maka Book Valu Per Share ITMG pada q1 2020 adalah berkisar 10.796. Kepanikan mulai mereda, harga ITMG mulai merangkak naik hingga ditutup pada harga berkisar 8.075 pada akhir maret atau pada akhir quartal 1. Berdasarkan harga itu, maka PBV ITMG adalah sebesar 0.74 dengan PER berkisar 4 x.
Dari sisi Value Investing, melihat valuasi seperti ini tentu sangat menggiurkan, ditambah lagi ITMG secara konsisten bisa menghasilkan kinerja yang positif dengan ROE berkisar diatas 20% serta rasio DER yang rendah sekitar 0,4 x. Dengan valuasi yang terdiskon seperti itu, tentu mereka yang comfort dengan aliran value investing akan mulai mengkoleksi. Melihat pola investasi Investor terkenal seperti Pak Lo Khe Hong dengan pakem PBV dibawah 1 dan PER dibawah 5 atau 10, tentu ini sangat menggiurkan. Mereka akan masuk dan akan tidur dalam waktu lama serta keluar dari hiruk pikuk pasar (fluktuasi harga). Selagi kinerja tidak terganggu dan valuasi masih dalam range wajar, they will be sleeping investor for long term hingga suatu saat valuasi berubah (harga naik dan valuasi menjadi mahal), di saat itu mereka akan exit, seperti yang terjadi saat ini, ketika valuasi bisa dibilang dianggap mahal (PBV >1, Per < 5 /10). Harga saat ini ITMG menyentuh 27 ribu atau dengan valuasi PBV berkisar 2,25x dan PER 8,7x. Melihat valuasi seperti ini, saya yakin banyak dari mereka yang sudah mulai merealisasikan keuntungan dan mengalihkan portfolio ke saham saham yang masih murah secara valuasi dan tentu saja memiliki kinerja yang bagus. Upaya ini memerlukan waktu yang extra diawal untuk mencari, tetapi begitu ketemu, mereka akan tinggal tidur sampai waktunya market bereaksi.
Oh ya, berapa persen margin yang didapat dari realisasi keuntungan ITMG ini ?
Kalau kita lihat dari harga pembelian seperti tulisan diatas Rp. 8.075 (pada maret 2020), dan jika dijual pada saat ini (6/10 2021) sebesar 27.000, maka keuntungan seorang value investing mencapai 234% hanya dalam waktu kurang lebih 1,5 tahun. Wah menarik bukan, ditengah situasi pandemic, rasanya ini margin yang menarik 😊.
Bagaimana dari sisi trader, setelah crash, tentu masih menyisakan trauma dan harus melakukan perhitungan cermat. Melihat chart pattern dari ITMG yang mulai membentuk pola V Pattern. Tetapi sepertinya bahasan dari sisi trader sangat panjang jadi rasanya akan dilanjutkan pada tulisan berikutnya 😊
Mari ramaikan pasar modal Indonesia, menjadi tuan rumah di negeri sendiri 🇮🇩

Comments

Popular posts from this blog

GREAT INVESTORS DOESN'T MISS THE OPPORTUNITIES

Seberapa tahan, bukan seberapa cepat (4 years insight in the stock market)

SVB EXPLAIN