How Low Can You Go

 


Salah satu Typical aset yang beresiko yaitu sensitif terhadap kondisi pasar dan memiliki volatilitas tinggi. Kalau di saham diukur dengan Beta. Semakin menjauh beta diatas 1, maka sensivitasnya semakin tinggi terhadap acuannya, dalam hal ini acuannya tentu IHSG atau index lain yang digunakan untuk menghitung. Secara sederhana, jika Beta = 2, maka setiap kenaikan atau penurunan IHSG, maka akan direspon sebanyak 2 kali lipatnya. Sangat sensitif. Semakin tinggi beta, berarti semakin beresiko. Melihat beta sekarang sudah gampang, sudah ada yg hitung. Bisa dari bloomberg atau pefindo (https://pefindo.com, biasanya rutin di update)
Bagaimana memanage resikonya ? bisa dengan menghindari yg memiliki beta diatas 1, atau mungkin bisa di mix dalam penyusunan portofolio. Ibarat membentuk team sepakbola, yang memiliki beta diatas 1 kita anggap sebagai striker. Tugasnya membuat goal (return positif) dengan cepat, tetapi juga rentan cedera. Jadi striker ngga boleh greedy, ketika sudah mencapai target harus diganti alias take profit. Biasanya yang begini banyak di sektor komoditas, atau yang itu tuh, yang digoreng2 (jangan ikutan ya 😅😆)
Kemudian untuk miedfielder, bisa diposisikan yang tidak terlalu sensitif, tapi juga tidak terlalu difensive, katakanlah yang memiliki Beta 1 sd 1.5 misalnya. Biasanya yang second liner, yang market capnya di tengah2 atau mungkin sektor banking.
Nah, untuk defender nya, biasanya yang memiliki beta dibawah 1. Ini banyak di sektor konsumer semisal Indofood, Unilever yang lagi tidur dll. Jadi bisa seperti itu ngaturnya, Jadi misal ketika hantaman krisis datang, paling tidak sektor defensif masih menyelamatkan walaupun juga terkena dampaknya, tapi biasanya penurunannya tidak setajam yang lain. Jadi kalau ada 5 atau 10 porto, tinggal dipecah berdasarkan persentase. Sesuai profile resiko masing2. Kalau suka bertarung, biasanya porsi attacker lebih besar, bahkan bisa 50% dari total portofolio. Kalau yang suka zona nyaman, ya porsinya bisa dikecilin dibawah 30% misalnya.
Tapi bukan aturan baku sih, ada juga sektor konsumer yang cyclical. Kembali lagi ke karakter emitennya.

Tapi yang volatility tinggi biasanya suka di tradingkan, karena trader itu suka masuk dan exit secara cepat.  Hit and Run. Tapi yang pasti, katika market sedang turun, harus diperhatikan target penurunannya, jangan sampai istilahnya menangkap pisau jatuh. Ketika di tangkap, eh malah jatuh lagi.
How low can you go? ya kata senior jangan dipusingin, tinggalin dulu, masuk lagi kalau udah rame. Tapi ntar ngga dapat harga bawah dong? ya yang penting saat balik kan masih dapat bagian, kan tujuannya memang itu. Tapi kalau punya dry power alias sudah menerapkan asset allocation yang baik, ketika market jatuh, wah pasti girang, karena tinggal memindahkan atau membeli dari cash reserve nya, kapan lagi beli BBRI diharga 2.500 misalnya saat kepanikan corona datang di bulan februari maret tahun lalu.

Siapa yang selalu unggul saat market jatuh? ya tentu mereka yang punya dry power, yang sudah menerapkan asset allocation yang baik dan disiplin. Krisis ibarat pengulangan, akan selalu terjadi dalam bentuk apapun, di asset class apapun. Walaupun yang katanya save heaven seperti property, emas dll. Selalu ada pemicunya. Tapi ini perlu disiplin banget, susah pula. Ya yang menang biasanya yang sanggup mengerjakan yang sulit, yang malas dikerjakan orang lain kebanyakan.

☕☕

Comments

Popular posts from this blog

GREAT INVESTORS DOESN'T MISS THE OPPORTUNITIES

Seberapa tahan, bukan seberapa cepat (4 years insight in the stock market)

SVB EXPLAIN