Tidak ada yang salah



Tidak ada yang salah Analisa pribadi, bukan rekomendasi beli atau jual :-) Melihat kinerja GoTo, rasanya salah kalau kita kaget dengan laporan keuangannya yang minus 20 Triliun. Model bisnis GoTo ini "sementara" memang seperti ini. 
Kalau saya logikakan dengan sederhana, idealnya ketika berbisnis, pertumbuhannya bisa terjadi secara organik (natural) sesuai dengan beberapa fase berikut : 

 1. Fase Start up (memulai bisnis), pada titik ini penjualan masih rendah, cost tinggi dan kebanyakan belum menghasilkan profit. Ini fase kritis sebuah bisnis. Bahkan ada "test"-nya, masa 5 tahun pertama adalah ujian start up untuk survive. Ujiannya berat, bahkan ada seorang pengusaha berkata, "kita harus siap menggaji staff, tapi kita sendiri tidak bisa ambil gaji karena masih rugi". Melewati fase ini ternyata sulit (terutama mereka yang start from zero), perlu keteguhan mental, membuang gaya hidup "parlente" masa lalu (terutama jika dulunya terbiasa karena masih bekerja dan penghasilan sudah bisa diprediksi) karena harus berhemat untuk bisa survive. Di fase ini juga seleksi alam akan terjadi, tidak banyak yg bisa bertahan. 
 2. Fase Growth, ketika berhasil melewati fase start up tadi, di titik ini revenue sudah naik, biaya sudah bisa dikendalikan dan sudah mulai ada profit. 
 3. Fase Mature, Ketika semua sudah stabil dari sisi revenue, biaya yang bisa di hemat dan profit semakin naik. Ini fase dimana sang entrepeneur sudah bisa melirik bisnis yang lain karena yg lama sudah stable. 
 4. Fase Decline (Penurunan), ada satu titik yang tentu menjadi ujian lagi yaitu munculnya kompetitor kompetitor yang mulai menggerus perusahaan. Mulai dari market share yang tergerus pelan2, produk yang bisa di subtitusi oleh merk lain, revenue mulai turun tetapi biaya tetap stabil bahkan bisa naik karena tentu dibutuhkan penerapan strategi baru untuk menahan stabilitas, dan tentu profit akan mulai turun. 

Dititik ini pilihannya bisa renewal dengan strategi baru atau bahkan bisa exit dari bisnis dan beralih ke bisnis baru. Nah diatas itu fase kalau secara organik pada umumnya. 
Bagaimana dengan goto? kalau dilihat apa yang goto lakukan adalah dengan start big dan mencoba bertumbuh dengan secepat mungkin. Untuk grow fast ini tentu diperlukan biaya yang besar. Untuk "mendisrupsi" bisnis dengan pola lama tentu perlu biaya pendobrak yang mahal, tujuannya merebut market share dengan cepat, mengganti "habit" lama kita dengan habit baru, dan tentu akan menjadi ketergantungan. Menawarkan kemudahan, kecepatan dan kenyamanan. 
Bagaimana tidak nyaman, untuk bepergian kita sudah tidak memerlukan kendaraan pribadi, ada yang antar, tinggal pesan melalui aplikasi, dijemput dilokasi yang diinginkan dan biaya bisa diukur, kalau lapar tinggal pesan dan diantar ke lokasi yang dinginkan. 
Ini semua memerlukan cost yang besar dan supaya masyarakat mau menggunakan dan merubah habitnya, perlu promosi yang besar. Mungkin dimulai dari start up, seperti fase diatas, start up itu kebanyakan belum untung, bedanya untuk goto, size kemudian dibesarkan supaya bisa melakukan penetrasi dengan cepat, "meng-educate" dengan cepat, jika disederhakan, kalau 1 orang memerlukan biaya sebesar 20 ribu rupiah, bagaimana dengan 1 juta orang? 2 juta orang? dst. 

Ini yang dikatakan mereka "burn the money". Tujuannya pada akhirnya menjadikan goto sebagai pola hidup baru. Ketika sudah menjadi pola hidup baru, maka tentu akan menjadi ketergantungan dengan segala kemudahan yg dibuat. Tahapan ini tentu memerlukan biaya yang mahal. 
Dimulai dari investasi pada apps, SDM serta biaya pemasaran dan penjualan yang tinggi. Khusus untuk SDM, ini masih langka, tentu sesuai dengan prinsip ekonomi, ketika terjadi kelangkaan maka harga akan naik. Ketika cabe susah dipanen, maka cabe menjadi langka, dan tentu harganya akan mahal. Demikian juga dengan SDM di sektor ini. SDM yang canggih akan teknologi untuk menerapkan GoTo ini langka dan mungkin kebanyakan sudah bekerja di tempat lain. Untuk merekrut mereka diperlukan penawaran yang buat mereka tertarik. Tertarik dari sisi mana? as employee, tentu salary dan fasilitas. 

Makanya ketika kita lihat catatan laporan keuangan nomor 25 pada laporan keuangan GoTo Q3, kita akan menemukan biaya gaji dan imbalan yang nilainya 11 triliun. Biaya ini hampir setara 37% dari total biaya goto yang mencapai 30 triliun lebih. Sisanya adalah biaya promosi dan iklan yang mencapai 10 triliun lebih. Kalau dilihat, 2 komponen itu adalah yang menentukan pertumbuhan GTV GoTo. SDM yang bisa mengimplementasikan target perusahaan, serta promosi dan iklan untuk me-ngeducate masyarakat. 
Meng-educate disini tentu pada akhirnya akan merubah habit. Dengan biaya yang mencapai 30 triliun, berdasarkan public exposed terakhir, pengguna GoTo telah mencapai 67 juta pengguna!. Jumlah ini setara dengan hampir 24% dari total seluruh penduduk Indonesia :-). Dengan GTV mencapai 161 Triliun, maka rata2 belanja per pengguna apps GoTo adalah 9 juta rupiah, tapi kalau dilihat lagi dari jumlah pesanan yang dibuat, ini sudah mencapai 693 juta pesanan, sudah meningkat dari tahun lalu sebesar 28% dan bahkan sudah melebihi penduduk indonesia :-). Ini baru sampai dengan quartal ke 3. Pencapaian seperti ini, kira2 kalau dicapai secara organik dari mulai fase start up kira2 memerlukan berapa tahun? 

Inilah yang membedakan model bisnis GoTo dengan start up jaman bahula. Tentu alat ukurnya juga berbeda, tidak bisa "pure" dilihat dari analisa laporan keuangan dengan metrik lama, perlu pertimbangan pertimbangan lain dalam mengukur kinerja GoTo. Memang pada endingnya, tentu investor mengharapkan profit. Pada tahap ini tentu harapannya, ketika habit sudah dirubah, GoTo sudah menjadi bagian dari lifestyle, maka dengan modal 67 juta pengguna dan 693 juta pesanan tadi (sd q3), ini akan menghasilkan turning point dengan cepat. Ketika terbiasa dengan kemudahan, sulit untuk kembali ke pola lama. Tapi challenge-nya tentu jika ada apps baru yang baru mulai promosi 😅. Dari public exposed terakhir, sudah disampaikan juga GoTo sudah mulai melakukan pengehematan, salah satunya dengan rasionalisasi insentif. Semoga kedepan bisa memberikan perbaikan kinerja Unicorn kebanggan Indonesia ini. Bagaimana dengan penurunan sahamnya yang kini tinggal 92 rupiah? ini kita bahas di blog berikutnya, sudah kepanjangan 😆

Comments

Popular posts from this blog

GREAT INVESTORS DOESN'T MISS THE OPPORTUNITIES

Seberapa tahan, bukan seberapa cepat (4 years insight in the stock market)

SVB EXPLAIN